
MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL
BAGI ANAK
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
TEORI
PEMBELAJARAN
Dosen
Pengampu : Wahidin ,M.Ag

Oleh:
MUHAMMAD ALFI WIBOWO
|
111 11 212
|
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2013
BAB I
MEMAHAMI POTENSI ANAK
A. Teori
Perkembangan Anak
Sebelum
memahami potensi anak dan bagaiman cara mengembangkannya, perlu bagi kita untuk
memahami teori dalam perkembangan anak.
1.
Teori Nativisme.
Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh Schopenhauer. Menurut teori ini, perkembangan
manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor
keturunan yang merupakan faktor yang dibawa pada waktu melahirkan. Teori ini
meyakini bahwa faktor yang paling mempengaruhi dalam perkembangan manusia
adalah pembawaan sejak lahir. Para ahli yang menganut teori ini mengklaim bahwa
unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah unsur genetik individu
yang diturunkan dari orangtuanya.
Teori
nativisme bersumber dari leibnitzian tradition yang menekankan pada
kemampuan dalam diri seorang anak. Dengan demikian, faktor lingkungan dalam hal
ini termasuk faktor pendidikan, dinilai kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Pandangan teori nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer
ini dengan tegas menyatakan bahwa yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik
akan menjadi baik.
Oleh
karena itu, orang-orang yang mengikuti teori ini sangat menekankan pentingnya
bagi seseorang untuk mengenali bakat yang dimilikinya sehingga dapat
mengembangkannya secara maksimal.
2.
Teori Empirisme
Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh John Locke. Teori ini sangat bertentangan
dengan teori nativisme yang dikembangkan oleh
Schopenhauer. Jika Schopenhauer meyakini perkembangan anak sangat
ditentukan oleh faktor bawaan atau bakat anak sejak lahir, maka John Locke
meyakini bahwa faktor lingkungan justru yang sangat berpengaruh dalam
perkembangan anak. John Locke berpendapat bahwa anak itu dilahirkan dalam
keadaan putih bersih, itulah kenapa teori yang dikembangkannya sering disebut
sebagai teori tabularasa.
Jika
Schopenhauer dengan tegas menyatakan bahwa yang jahat akan menjadi jahat dan
yang baik akan menjadi baik karena faktor bawaan dari lahir, sebaliknya John
Locke meyakini bahwa seseorang bisa menjadi jahat atau baik sangat ditentukan
oleh lingkungan dan pendidikan yang membesarkannya. Disebabkan dalam jiwa anak
manusia yang baru saja dilahirkan tidak ada faktor bawaan akan menjadi baik
atau jahat.
Disinilah
orangtua mempunyai peran yang sangat besar dalam mencetak anaknya; apakah
anaknya akan diarahkan menjadi orang yang baik ataukah membiarkan begitu saja
anak-anaknya tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sosial yang buruk.
3.
Teori Konvergensi
Teori
ini pertama kali dikemukakan oleh William Stern. Menurut Stern, baik pembawaan
maupun lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan
seorang anak manusia. Perkembangan individu akan ditentukan oleh faktor yang
dibawa sejak lahir maupun faktor lingkungan. Teori ini mencoba untuk
menggabungkan antara teori nativisme dan empirisme yang bertentangan dalam
memandang perkembangan anak manusia. Dua faktor yang sangat menentukan dalam
perkembangan seorang anak yakni pembawaan dan lingkungan, keduanya saling
mempengaruhi dalam menentukan dan mewarnai perkembangan anak manusia.
Teori
ini tampaknya lebih banyak diikuti dalam dunia pendidikan. Faktor lingkungan
atau pendidikan memang mempunyai posisi penting dalam perkembangan anak
manusia, tetapi seorang anak bukanlah individu tanpa pembawaan atau tidak
mempunya potensi sama sekali.
B. Lebih
mengenal dunia anak.
Menurut
Kak Seto (Seto Mulyadi) di edukasi.kompasiana.com, bahwa anak merupakan
individu yang unik, yang mana satu sama lain memiliki potensi yang berbeda.
Agar dapat mengoptimalkan perkembangan kecerdasan anak, selain memahami bahwa
anak merupakan individu yang unik, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan
dalam kaitannya dengan upaya memahami dan lebih mengenal dunia anak, sebagai
berikut;
1. Bahwa
anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil yang mana mereka memiliki dunia
sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak. Jadi dalam
menghadapinya memang dibutuhkan kesabaran, pengertian, dan toleransi yang
mendalam.
2. Dunia
anak-anak adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh semangat apabila terkait
dengan suasana yang menyenangkan. Jadi ketika orangtua ingin mengembangkan
kecerdasan anak-anaknya maka bimbingan dan pendidikan yang akan diberikan
kepada anak hendaknya selaras dengan hal yang menarik perhatian dan
menyenangkan.
3. Selain
tumbuh secara fisik, anak juga berkembang secara psikologis. Oleh karena itu,
bagi orangtua untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya.
Tidak hanya menyapa sekedarnya kepada anak, atau malah terkadang sama sekali tidak
ada komunikasi dengan anak-anaknya dikarenakan terlalu sibuk dengan pekerjaan
atau yang lainnya, tapi lebih dari itu, anak-anak juga perlu diperhatikan,
diajak bicara, didengarkan ceritanya, ditanyai apa yang menjadi keinginan dan
harapannya sehingga orangtua bisa mendampingi sekaligus memberikan bimbingan
terhadap anak-anaknya yang sedang mengalami tumbuh dan berkembang.
4. Setiap
anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan tingkah
laku mereka diperoleh dengan cara meniru. Dengan demikian orangtua atau guru
dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan
hal-hal yang baik.
5. Pada
dasarnya anak-anak itu adalah kreatif, karena mereka banyak memiliki rasa ingin
tahu dan berimajinasi tinggi. Dalam hal ini, memang diperlukan kesabaran dari
orangtua juga sikap rendah hati dan tetap bisa menghargai cerita dan ide dari
anak-anak yang tidak jarang dinilai aneh oleh orang dewasa. Disamping itu,
anak-anak yang dihargai cenderung terhindar dari berbagai masalah psikologis
serta anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal.
C. Kecerdasan
yang penting dikembangkan.
Menurut
Thorndike, secara umum manusia itu mempunyai tiga macam kecerdasan, yaitu:
1. Kecerdasan
Abstrak,
yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan memahami simbol matematis dan
bahasa.
2. Kecerdasan
Konkret,
adalah kemampuan seseorang dalam memahami objek yang nyata.
3. Kecerdasan
Sosial,
yaitu kemampuan seseorang dalam memahami dan mengelola sebuah hubungan sosial.
Menurut
Charles Handy, kecerdasan yang dimiliki dan bisa dikembangkan oleh manusia ada
tujuh macam:
1. Kecerdasan
Logika,
yaitu kecerdasan yang sangat terkait dengan kemampuan manusia dalam menalar dan
menghitung.
2. Kecerdasa
Verbal,
yaitu kemampuan manusia dalam menjalin hubungan dengan orang lain yang terkait
khusus dengan kemampuan menyampaikan sesuatu atau berkomunikasi.
3. Kecerdasan
Praktik,
yaitu kemampuan manusia untuk mempraktikkan ide yang ada dalam pikirannya.
4. Kecerdasan
Musikal,
yaitu kemampuan untuk bisa merasakan nada dan irama yang bila dikembangkan
dengan baik, manusia tidak hanya bisa merasakan keindahan suara yang berpadu
dalam sebuah nada, akan tetapi bisa menciptakan irama musik yang baik.
5. Kecerdasan
Intrapersonal, yaitu kemampuan seseoarang untuk bisa memahami segala hal
yang berkaitan dengan dirinya sendiri.
6. Kecerdasan
Interpersonal, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang
dalam memahami dan menjalin hubungan dengan orang lain.
7. Kecerdasan
Spasial,
yaitu kecerdasan manusia dalam mengenali ruang atau dimensi.
Kecerdasan
anak yang tidak boleh diabaikan dalam perkembangan anak-anak adalah:
1. Kecerdasan
intelektual atau intelligence Quotient (IQ) adalah kemampuan potensial
seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat-alat berfikir.
2. Kecerdasan
emosional (emotional intelligence, EQ) adalah kecerdasan yang mempunyai
lima komponen pokok, yaitu kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati
dan mengatur sebuah hubungan sosial.
3. Kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat
internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada
dibalik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu.
BAB II
MENGEMBANGKAN
KECERDASAN SOSIAL
A. Keterampilan
Dasar dalam Kecerdasan Sosial.
Daniel
Goleman, dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence,
menyampaikan bahwa ada empat keterampilan dasar yang mesti dikembangkan dalam
kecerdasan sosial. Keempat keterampilan itu adalah:
1.
Mengorganisasi Kelompok
Melatih
anak-anak dalam keterampilan mengorganisasi kelompok bisa dilakukan dalam bentuk
permainan tertentu dengan teman-temannya. Keterampilan ini bisa diterapkan pada
anak agar bisa membagi tugas dengan teman-temannya. Orangtua merancang kegiatan
dengan kreatif atau mengajak anak-anak untuk merencanakan sebuah kegiatan
bersama pada waktu libur. Dalam kegiatan tersebut, orangtua harus memberikan
kepercayaan kepada anak-anak untuk bisa mengelola dan mengorganisasi
kelompoknya sendiri. Hal yang harus dihindari adalah orangtua mendominasi
kegiatan tersebut. Agar anak-anak mempunyai kemandirian dan bisa mengorganisasi
kelompoknya dengan baik.
2.
Merundingkan Pemecahan Masalah
Anak-anak
belajar dari dunia permainannya bersama teman-temannya. Dalam permainan
tersebut sedah barang tentu biasanya tidak terlepas dari bantah-bantahan ketika
terjadi masalah dalam permainannya. Hal ini sudah wajar terjadi. Namun, yang
paling penting adalah bagaimana anak-anak menyelesaikan masalah tersebut. Bukan
diselesaikan secara fisik bahwa yang kuat yang menang, atau bukan dengan tidak
mau menyelesaikan masalah hingga permainan bubar dan lari ke rumah
masing-masing dengan membawa rasa dendam di hati. Melainkan anak-anak diajak
untuk mencari akar masalah atau penyebab mengapa terjadi perselisihan kemudian
merundingkan dengan penyelesaian yang baik.
3.
Menjalin Hubungan
Agara
anak-anak mempunyai kecerdasan sosial yang baik, maka sejak kecil semestinya
kita sudah meneladankan kepada anak-anak untuk bisa menjalin hubungan dengan
orang lain. Kita tanamkan dalam diri anak akan pentingnya sebuah hubungan yang
sehat dengan orang lain, yakni menjalin hubungan tidak hanya ketika butuh saja,
dan ketika sedang tidak butuh lantas cuek terhadap orang lain. Ketika anak
sudah mulai mengenal orang lain, hendaknya ditanamkan dalam diri anak-anak
untuk berjabat tangan dengan orang lain ketika berjumpa dengannya. Dengan
demikian, anak-anak bisa belajar bagaimana membangun suasana keakraban dalam
sebuah hubungan sosial.
4.
Menganalisis Sosial
Dalam
hal ini anak-anak belajar bagaimana bisa memahami masalah, suasana hati, dan
ekspresi orang lain. Kemampuan untuk memahami perasaan atau suasana hati orang
lain inilah yang disebut sebagai kemampuan menganalisis sosial. Pemahaman akan
bagaimana perasaan orang lain bisa membawa sebuah hubungan terjalin dengan
akrab dan menyenangkan.
B. Mengembangkan
Lima Kemampuan Penting
Ada
lima kemampuan penting yang harus dikembangkan pada anak-anak agar mempunyai
kecerdasan sosial yang baik. Menurut Karl Albrecht dalam buku Social
intelligence kelima kemampuan tersebut adalah:
1. Kesadaran
situasional, adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan peka terhadap
perasaan, kebutuhan dan hak orang lain.
2. Kemampuan
membawa diri, adalah cara berpenampilan, menyapa, dan bertutur kata,
sikap dan gerak tubuh ketika berbicara atau sedang mendengarkan orang lain
berbicara, dan cara duduk atau bahkan berjalan.
3. Autentisitas, adalah keaslian
atau kebenaran dari pribadi seseorang yang sesungguhnya sehingga diketahui oleh
orang lain berdasarkan cara bicara, sikap yang menunjukkan ketulusan, bukti
bahwa seseorang telah dapat dipercaya, dan kejujuran yang telah teruji dalam
pergaulan seseorang.
4. Kejelasan, adalah kemampuan
seseorang dalam menyampaikan ide atau gagasannya secara jelas, tidak
bertele-tele sehingga orang lain dapat mengerti dengan baik.
5. Empati, adalah keadaan
mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi diri dalam keadaan
perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
C. Melatih
Keterampilan Sosial pada Anak
Agar
anak-anak mempunyai kecerdasan sosial yang baik orangtua harus bisa melatihkan
keterampilan sosial pada anak. Lawrence E. Shapiro, dalam bukunya yang berjudul
How to Raise a Child with a High EQ, menyampaikan bahwa setidaknya ada
lima keterampilan sosial yang bisa dilatihkan pada anak agar mempunyai
kecerdasan sosial yang baik.
Kelima
keterampilan sosial tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan
berkomunikasi bukan hanya sekedar kemampuan berbicara, melainkan mampu
menyampaikan dengan baik kepada orang lain sekaligus juga mampu memahami dan
memberikan respons atau komunikasi yang dijalin oleh orang lain.
Keterampilan
komunikasi ini bisa dilatih dengan cara meminta anak untuk mengungkapkan apa
yang menjadi kebutuhan dan keinginannya dengan jelas. Juga bisa dilatih dengan
meminta anak untuk menyampaikan apa yang sedang ia rasakan atau menggambarkan
perasaannya.
2.
Keterampilan Membuat Humor
Jalinan
hubungan sosial akan terasa hampa bila sama sekali tanoa diselingi dengan
humor. Dengan adanya humor seseorang bisa tertawa; atau humor tidak harus
membuat tertawa, tetapi cukup membuat tersenyum sehingga melekatkan hubungan
dan rasa ringan di hati. Keterampilan ini bisa dilatih sejak anak-anak masih
bayi.
3.
Keterampilan Menjalin Persahabatan
Ketika
anak telah memasuki usia tujuh atau delapan tahun, biasanya mulai menjauh dari
pengaruh orangtuanya. Karena anak mulai banyak mendapatkan teman baru di
sekolah atau di lingkungan sosialnya. Menghadapi perkembangan yang seperti ini,
orangtua juga tidak boleh tinggal diam. Orangtua melatihkan keterampilan dalam
menjalin persahabatan disebabkan tahun demi tahun selanjutnya, anak akan
semakin memperluas pergaulannya sehingga sangat memerlukan keterampilan dalam
menjalin persahabatan.
4.
Keterampilan Berperan dalam Kelompok
Masa-masa
ingin berkelompok ini adalah masa yang penting untuk diperhatikan oleh
orangtua. Bila tidak ada perhatian dari orangtua bisa saja anak akhirnya malah
masuk kelompok yang tidak baik. Hal yang penting yang perlu dilatih adalah
keberanian untuk menyampaikan pendapat.
5.
Keterampilan Bersopan Santun dalam Pergaulan
Sopan
santun dalam pergaulan sangat diperlukan di kehidupan masyarakat. Dengan
keterampilan bersopan santun yang baik, seseorang akan lebih mudah dan sukses
dalam pergaulannya. Orangtua dapat melatihkan keterampilan ini sejak dini pada
anak. Misalnya, bertemu atau berpapasan dengan orang lain yang kita ajari anak
untuk menyapa, permisi, tersenyum, atau setidaknya menunjukkan mimik bahwa kita
“menyapa”.
D. Kesadaran
Sosial dan Fasilitas Sosial.
Dalam
bukunya yang berjudul Social Intelligence, Daniel Goleman mengemukakan
bahwa ada delapan unsur penting dalam kecerdasan sosial. Kedelapan unsur
penting tersebut dibagi dalam dua kategori, yakni kesadaran sosial dan
fasilitas sosial. Hal yang masuk dalam kesadaran sosial adalah bagaimana
seseorang bisa memahami perasaan dan pikiran orang lain. Sementara yang
dimaksud dengan fasilitas sosial adalah bagaimana seseorang bisa menjalin
interaksi dengan orang lain.
Adapun
unsur kecerdasan sosial yang masuk ke dalam kategori kesadaran sosial adalah
sebagai berikut:
1. Empati
dasar;
adalah hal yang paling penting dan mendasar untuk dimiliki oleh seseorang agar
kecerdasan sosialnya dapat berkembang secara optimal dan juga hubungan yang
dijalin seseorang akan bisa lebih dekat karena bisa saling merasakan sekaligus
memahami perasaan, kebutuhan dan keadaan hati masing-masing.
2. Penyelerasan; yakni kemampuan
untuk bisa mendengarkan dengan terbuka sehingga bisa memahami terhadap apa yang
telah disampaikan oleh seseorang dengan tujuan agar kita bisa menyelaraskan
diri dengan perasaan orang lain.
3. Ketepatan
empatik;
adalah tindak lanjut dari kemampuan dalam melakukan penyelarasan kemampuan
untuk bisa memahami dengan baik dan tepat apa yang menjadi perasaan dan pikiran
orang lain.
4. Pengertian
sosial;
berupa pengertian bagaimana seseorang bisa memahami tentang dunia sosial. Dan
dapat dikembangkan kepada anak dengan cara memberikan pengetahuan tentang
lingkungan sosial tertentu di tempat kita berada.
Adapun
unsur kecerdasan sosial yang yang masuk ke dalam kategori fasilitas sosial
adalah sebagai berikut:
1. Sinkronisasi;
yaitu kemampuan seseorang dalam memahami bahasa nonverbal sehinga bisa menjalin
interaksi sosial dengan baik.
2. Presentasi
diri; adalah hal yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menampilkan
diri dengan baik dan efektif ketika membangun interaksi dengan orang lain yang
meliputi cara berpakaian, ekspresi wajah, gerak tubuh dan ucapan sebagai buah
dari isi hati dan pikiran seseorang.
3. Pengaruh;
seseorang yang mampu memberikan pengaruh kepada orang-orang yang berinteraksi
dengannya.
4. Kepedulian;
adalah sikap mengindahkan, memperhatikan atau turut memprihatinkan kebutuhan
orang lain atau sesuatu yang terjadi dalam masyarakat.
Demikianlah
unsur-unsur penting dalam kecerdasan sosial yang termasuk kategori kesadaran
sosial dan fasilitas sosial yang harus ditanamkan pada diri anak, agar
kecerdasan anak bisa berkembang dengan optimal.
BAB III
MANFAAT KECERDASAN
SOSIAL DAN PERAN KELUARGA
A. Manfaat
Kecerdasan Sosial bagi Kehidupan
Banyak
sekali manfaat yang dapat diambil dari upaya mengembangkan kecerdasan sosial.
Dari sekian banyaknya manfaat kecerdasan sosial ada beberapa contoh manfaat
mengembangkan kecerdasan sosial bagi kehidupan, diantaranya adalah:
1. Menyehatkan
jiwa dan raga.
2. Membuat
suasana nyaman.
3. Meredakan
perkelahian.
4. Membangkitkan
semangat.
B. Ibu
Sebagai Sekolah Pertama bagi Anak
Ketika
anak-anak berada di sekolah formal atau reguler, maka pelaksanaan tanggung
jawab pendidikan anak harus berada di tangan guru dan pengelola sekolah. Akan
tetapi, bila anak-anak berada di rumah, maka kedua orangtua bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap pendidikan anak-anaknya.
Peran
orangtua begitu besar dalam pendidikan anak. Peran orangtua disini adalah kedua
orangtuanya yakni ayah dan ibu. Namun bila ditinjau bahwa seorang ibu mempunyai
kedekatan yang luar biasa dengan anak-anaknya, maka pearan ibu sangat penting
sekali dalam mendidik anak-anaknya.
Menyadari
betapa besar peran seorang ibu sebagai pendidik utama dan pertama, maka seorang
ibu yang ingin anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik semestinya mempersiapkan
diri dengan banyak bekal pengetahuan yang berkaitan dengan mendidik anak-anak
semenjak usia dini. Bekal pengetahuan agar anak-anaknya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik yang dimiliki seorang ibu dapat diterapkan dalam
hangatnya pengasuhan dan kelembutan bersikap. Disebabkan mengembangkan
kecerdasan anak, terutama kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual
dipengaruhi oleh teladan dan sentuhan personal yang penuh rasa cinta, atensi
dan apresiasi.
C. Mengembangkan
kecerdasan sosial dimulai dari keluarga
Keluarga
merupakan bagian yang paling penting dari “jaringan sosial” kehidupan seorang
anak manusia. Sebab anggota keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dan
orang yang paling penting selama tahun-tahun formatif awal kehidupan mereka.
Hubungan dengan anggota keluarga menjadi landasan sikapnya bagi pola
penyesuaian dan belajar berfikir tentang diri mereka sebagaimana dilakukan
anggota keluarganya.
Oleh
karena itu, agar proses pendidikan, belajar mengajar, dan pengasuhan pada
anak-anak dapat berjalan dengan baik, maka keluarga harus dibangun secara
kondusif, sebagai berikut:
1. Memberikan
rasa aman.
2. Memberikan
kasih sayang dan penerimaan.
3. Menjadi
andalan dan rujukan.
4. Model
bimbingan hidup dan bermasyarakat.
5. Motivator
utama dalam meraih keberhasilan.
6. Sumber
persahabatan.
Demikian
faktor yang harus dibangun dalam suatu keluarga untuk bisa mendidik dan
mengembangkan kecerdasan anak-anaknya.
RESENSI ATAU ANALISIS
BUKU
Kecerdasan sosial sangat penting
peranannya ketika kita hendak membangun sebuah relasi yang produktif dan
harmonis. Relasi kita dengan sahabat, kerabat, tetangga, rekan kerja, atau juga
dengan atasan termasuk juga keluarga kita sendiri bisa berjalan dengan lebih
indah jika kita memiliki sejumlah elemen penting dalam kecerdasan sosial. Dalam lingkup keluarga,
orangtua harus menanamkan kecerdasan sosial dalam diri anak-anaknya, agar
anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dengan empati, penyelarasan
terhadap orang lain dan juga mempunyai pengertian sosial yang tinggi.
Dalam buku ini menjelaskan tentang
bagaimana seharusnya orangtua dapat mengajarkan kecerdasan sosial pada anak, apa
pentingnya mengembangkan kecerdasan sosial dan juga melatih keterampilan sosial
pada anak.
Kelebihan buku ini adalah
terdapat kiat-kiat dalam mengembangkan kecerdasan anak, dimulai dari pemahaman
potensi yang ada pada anak, pengembangan kecerdasan sosial bagi anak serta
manfaat kecerdasan sosial bagi anak dan juga peran serta keluarga dalam
pengembangan kecerdasan sosial. Kekurangan buku ini adalah referensi
buku berasal dari internet semua dan tidak ada referensi yang asli dari buku.
Akhmad Muhaimin Azzet, Katahati: Jogjakarta, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar