Jumat, 02 Agustus 2013

Mempertimbangkan Hukuman Pada Anak



TUGAS MANDIRI UTS
TEORI PEMBELAJARAN
RESUME BUKU
Dosen Pengampu : Wahidin ,M.Ag





Nama                          : Thony Rohmad Darmawan
Nim                              : 11111001
Jidul Buku                  : Mempertimbangkan Hukuman Pada  Anak
Pengarang                 : Dra. Tjipta Susana, M.Si
Penerbit                     : Kanisius
Kota Terbit                 : Yogyakarta
Tahun Terbit             : 2007
Jurusan                       : Tarbiyah
Prodi                           : Pai




FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2013

MEMPERTIMBANGKAN HUKUMAN PADA ANAK

HUKUMAN ADA DI RUMAH DAN DI  SEKOLAH

     Jika kita mencari tempat dimana kita bisa menemukan anak yang mendapat hukuman, mungkin sekolah adalah tempat yang tepat.
a.        Jeweran dikuping dan ulekan di pelipis
             Mereka akan merasa takut jika sampai lupa mengerjakan pekerjaan rumah. Karena, tidak mengerjakan pekerjaan rumah dengan alasan apapun, sama dengan satu jeweran di kuping, atau ulekan di pelipis. Hukuman fisik adalah hukuman yang paling kontaoversial. Dalm undang-undang ditegaskan bahwa segala bentuk hukuman fisik pada anak didik tidak diperbolehkan, tak dapat dipungkiri bahwa masih banyak guru yang menjalankan hokum fisik, karena dirasa cepat memberikan efek perubahan perlaku anak didik.
              Mungkin hal semacam ini ada benarnya juga, terbukti beberapa anak sempat mengaku selalu berusaha untuk mengerjakan kewajiban sekolahnya.
b.     Member penyadaran pada siswa/siswi
            Ada sebuah pendapat yang menyatakan hukuman adalah sangsi fisik ataupun psikis untuk kesalahan yang dilakukan anak didik. Dengan kata lain, hukuman berperan mengajarkan apa yang tidak boleh dilakukan dan bukan apa yang semestinya dilakukan. Bagi saya sendiri, hukuman hukuman yang dirasa efektif untuk pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik adalah hukuman yang tidak proposional, namun juga membuat anak merasa ‘’rugi’’ secara intelektual akibat kesalahan yang diperbuatnya. Jenis hukuman tersebut antara lain
-          Mengerjakan tugas dua kali lipat, dari apa yang sebelumnya diperintahkan karena, tidak mengerjakan tugas yang diberikan sebelumnya.
-          Mengganti tugas dengan tugas  mata pelajjaran yang lain.
-          Dan pada kesalahan yang tak tertolerir lagi, tekanan dari orang tua dihadirkan.

            Hukuman semacam mengerjakan synopsis di perpustakaan, tetap punya efek positif, namun cukup memberikan tekanan pada anak. Dari tambahan tugasnya,berarti waktu belajar mereka bertambah, tetapi dia tidak bsa mengikuti pelajaran yang seharusnya diikuti. Saat dia selesai mengerjakan tugasnya, baru disadarkan bahwa sebenarnya jika dia bersikab tertib, maka dia tidak akan rugi tertinggal pelajaran dari teman yang lain. Biasanya mereka baru bisa merenungi perbuatannya.
c.    Mengomunikasikan pelanggaran pada orang tua
              Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri, bagi beberapa anak, hukuman nonfisik dirasa terlalu lunak sehingga mereka merasa tidak khawatir jika melanggar peraturan karena toh hukumannya juga’’ringan’’.
Cara yang efektif dengan cara mengomunikasikan anak kepada orang tuanya.
Di sekolah, ada buku penghubung antara guru dan wali murid. Jika seorang melakukan kesalahan yang sudah tidak bisa di tolerir, guru akan membertahu wali murid melalui buku tersebut. Biasanya perubahan dalam diri anak akan cepat sekali Karena dia akan mendapat tekanan dari dua pihak yaitu orang tua dirumah dan guru di sekolah.
d.    Melakukan pendekatan personal
          Bagi beberapa orang cara semacam ini di sekolah belum dikategorikan sebuah hukuman bagi anak. Guru menerangkan kepada wali murid tentang pelanggaran yang dilakukan oleh anak di sekolah beserta sanksi yang telah diberikan. Lalu, orang tua diharapkan akan menaggapi dan menindak lanjuti hal tersebut sesuai dengan kebijakan dirimah. Namun demikian, metode semacam ini diakui tidak dapat di jalankan pada semua SD dan wali murid.
          Orang tua dengan tingkat social ekonomi yang relative mapan, biasanya akan merasa sungkan papbila anaknya bertingkah laku melanggar peraturan di sekolah. Selain merasa sungkan dengan para guru di sekolah, merka juga sungkan terhadap wali murid yang lain. Ternyata seelah diselidiki, di rumah ia juga selalu bersikap melawan. Pihak sekolah sudah mencoba berkomunikasi dengan orang tuanya melalui buku penghubung, namun mereka tidak pernah member tanggapan. Kami juga pernah memanggil orangtua kesekolah, namun tidak ditanggapi dengan baik pula. Mungkin karena, maaf, keadaan social ekonomi dan intelektual, orangtu yang kurang mendukung cara pendampingan macam ini, sehingga anak sudah terlanjur  terbentuk menjadi anak yang bandel dan sulit diatur. Jika sudah demikian, hukuman fisik pun jadi tak terhindarkan lagi.

HUKUMAN MEWARNAI DUNIA ANAK
           Cacha (8) meraung-raung sambil bercucuran air mata ketika sabetan ikat pinggang kulit  dilecutkan ibunya ditubuhnya. Kesabaran seorang ibu bisa berubah menjadi amarah yang meluap-luap mengetahui anaknya mencuri uang untuk jajan.
Hukuman fisik
            Cacha kecil terlihat kecewa, ada perasaan ingin berontak lebih dari sekedar raungan tak berdaya ketika setiap lecutan menyakiti tubuhnya. Dari expresi wajahnya terlihat betapa cacha ingin menjelaskan apa yang dia lakukan tadi, bukan sekedar mendapat hardikan  perilaku kasar dari ibunya. Setelah selesai dengan pelecutan, tak lama kemudian cacha benar-benar acuh tak acuh  dengan  nasehat orang tuanya.yang dia inginkan hanya main dan main. Tak ada seorang pun yang bisa menggerakkan hatinya untuk patuh. Banyak orang tua yang memberikan hukuman dengan dalih mengharapkan perubahan sikap dan perilaku mereka. Tapi karena tidak sabar menahan emosi yang memuncak, orang tua cenderung menjalankan sikap otoriter.
Tapi ada imbasnya juga pada anak yang menjadi objek kemarahan. Ketika dia tidak berhasil mengungkapkan dan menjelaskan apa keinginannya, bisa- bisa si kecil akan melampiaskan   pada orang lain terdekat, seperti kakak  atau  adiknya.

Membangun komunikasi
Pola- pola otoriter semacam itu kurang tepat diterapkan untuk masa sekarang. Daya kritis anak yang berkembang menyebabkan anak sering mempertanyakan alasan pelarangan.
Tujuan disiplin adalah mengajar anak agar dapat mengontrol diri sendiri. Ada jalan yang lebih baik agar anak menjadi disiplin. Salah satu cara terbaik untuk mengajar anak adalah ‘’mengalihkan’’ focus anak. Dengan mengalihkan focus, berarti mengubah kelakuan buruk yang tidak dapat diterima, dengan kelakuan baik. Contohnya, jika anak melempar bola didalam rumah dan anda tidak setuju, ajak dia keluar dan ajak ia main lempar bola dihalaman. Sedangkan anak yang usianya mulai remaja harus diberi penjelasan baik-baik, tantusaja dengan alasan yang logis. Dengan memperlihatkan sebab akibat tindakannya, maka itu akan member pemahaman yang mendasar, lebih dari sekedar berhenti karena takut dimarahi.
       Rangkulan, sapaan hangat, dan berbicara dari hati ke hati merupakan cara yang efektif untuk menenamkan nilai-nilai dan mengatasi persoalan yang dihadapi anak.orang tua harus mampu membangun komunikasi dengan selalu melakukan dialog dengan anak-anak. Caranya, bisa selalu mengajak anak-anak berdiskusi mengenai segala hal. Bukan sekedar tanpa alasan.

PUJIAN SAMA DENGAN PENGHARGAAN
        Ketika kita memuji anak maka ini lebih pada usaha member I penghargaan. Bahwa pujian menempati peran yang besar dalam proses tumbuh kembang anak. Dari mulai hal-hal kecil seperti “wah hebat ya, kamu sudah bisa makan sendiri,’’ atau, ‘’pujian-pujian semacam itu merupakan rangsangan dari motivator bagi anak untuk berbuat lebih baik lagi. Sayangnya semua orang tua tidak melakukan hal yang sama. Maka seolah-olah tidak rela memberikan pujian bagi anaknya yang telah berhasil melakukan sesuatu. Ketika si kecil diberi pemahaman apa yang dilakukannya itu benar, maka pujian itu akan meningkatkan harga dirinya.nsebaliknya pujian yang didapat oleh si anak berlebihan dan tidak diberikan dengan melihat konteks usaha yang dilakukan, maka lambat laun  anak akan tahu dan tidak percaya lagi. Saat aku mengenali lingkungan diluar rumah, dia akan berinteraksi dengan teman sebayanya, dan bisa membandingkan perlakuan yang selama ini di terima. Memasuki usia SD anak sudah bisa merasakan apakah perlakuan yang diberikan orang tuanya itu tulus atau tidak. Akibat negative lainnya jika berlebihan memeuji menyebabkan seorang anak menjadi kebal. Misalnya, sedikit sedikit disebut pintar dan hebat. Lain waktu, anak tidak akan percaya lagi saat orang tua memuji mereka.
Lebih ditakutkan lagi hal ini menjadikannya pribadi yang ragu-ragu, tidak berani mengambil resiko. Kemungkinan ini bisa terjadi karena si anak sendiri sudah terbiasa di terlindingi dan takut mengecewakan orang lain.

ORANG TUA KONSISTEN
        Dalam suatu pujian juga diperlukan konsistensi orang tua dalam menentukan  mana yang sepatutnya dilakukan oleh anak, dan mana yang tidak. Tindakan yang demikian diperlukan rasa percaya  diri anak. Janji yang dikatakan orang tua ketika si anak berhasil melakukan hal baik, bisa menjadi motivator bagi si kecil untuk mewujudkannya. Pujian dan janji juga bisa dijadikan alat supaya anak melakukan hal-hal positif. Misalnya,dengan ungkapan verbal ‘’oke, sekarang kalau kamu bisa bangun pagi dan beres-beres tempat tidur, bunda akan beri hadiah,’’ jika aturan ini berhasil, orang tua bisa memperpanjang pemberian reward. Misalnya setelah satu minggu ia bisa melakukan itu, maka kita tidak segan-segan member pujian atau hadiah yang dijanjikan. Soal membereskan tempat tidur sebenarnya bisa diterapkan untuk anak-anak SD, bahkan prasekolah. Hasil yang mereka lakukan mungkin belum  sempurna tetapi seharusnya kita lebih melihat pada prosesnya, bukan tujuan akhirnya. Apalagi si anak dengan mudah menirunya. Orangtua merupakan model terbaik bagi anaknya.

PILIH KONSEKUENSI POSITIF
Ada anggapan anak akan memahami sikap berdiam dari orang tua,. Orang tua ingin sikap diam ini anak dimaknai setuju dan berpuas hati dengan tindakan si anak. Sayangnya jika si anak melakukan kesalahan, amat mudah bagi orang tua memarahi dengan suara yang meninggi. Bahkan, tak jarang pukulan pun melayang. Padahal tanpa penegasan secara verbal, anak ankan kebingungan menentukan mana yang baik dan buruk. Hal ini dibutuhkan ank di masa emas tumbuh kembangnya.

DAMPAK PESIKOLOGIS HUKUMAN BADAN
Mama, sebenarnya aku berani lo balas pukulan papa, tapi pasti aku kalah karena badanku kecil. Besok kalo aku besar…’’itu adalah sepenggal ungkapan seorang bocah laki-laki berusia 8 tahun pada ibunya karena sang ayah sering memberikan hukuman badan jika sia anak dianggap melakukan kesalahan. Dalam dunia pengasuhan anak, hukuman dengan berbagai bentuknya sering kita temukan. Sebelum memberikan hukumsn pada anak atau anak didik, kita perlu tahu akibat negative hukuman bagi sang anak.

Disiplin berbeda dengan hukuman

Sebagian masyarakat memandang hukuman perlu diberikan untuk mendisiplinkan anak.dengan hukuman diharapkan anak akan mengetahui bahwa dia telah melakukan suatu kesalahan, kemudian tidak lagi  mengulanginya. Sebagian oaring tua menerapkan hukuman bagi setiap anak melakukan kesalahan, dan yang lain baru menerapkan hukuman setelah anak tidak bisa dikendalikan. Hukuman yang diberikan bisa bermacam-macam, termasuk hukuman badan.
Dampak hukuman badan
1.      salah satu akibat dari hukuman badan antara lain,memar pada bagian tubuh, bengkak, luka, bahkan cacat tubuh.akibat psikologis hukuman ada yang bersifat jangka pendek dan ada yang jangka panjang.
2.      Hukuman badan juga bisa menimbulkan hilangnya kepercayaan anak pada orang tua, anak tidak lagi merasa aman didekat orang tua.
3.      Hukuman badan juga dapat menimbulkan beberapa masalah perilaku, seperti berbohong.

Penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang sering mendapat hukuman badan diterai berkembang menjadi anak yang nakal dan agresif; berkemungkinan menjadi perilaku kekerasan dalam rumh tngga dan perilaku chil abuse.

Pendisiplinan tanpa hukuman badan
Beberapa karakteristik khas anak yang perlu kita ketahui.
Usia 0-2 tahun
·         Anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar, sehingga sering melakukan tindakan tindakan tanpa tak terduga yang kadang berbahaya atau kita anggak salah.
·         Mengamankan lingkungan dari hal yang membahayakan, untuk mengurangi godaan anak. Misalnya, tidak meletakkan vas dalam jangkaun ank, selalu menutup lemari penyimpan gelas, dan lain-lain.
·         Biasakan mengatakan hal yang boledilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, sambil mengucapkan secara sederhana mengapa orang tua ingin hal itu dipatuhi.
Pada usia 3-5 tahun
·         Anak mulai memahami hubungan antara tingkah laku dan konsekuensi.
·         Orang tua bisa membuat aturan-aturan,menjelaskan apa yang diinginkan dan memberithukan apa konsekuensi yang harus ditanggung anak jika melanggar.
·         Aturan dan konsekuensi harus dibuat sejelas mungkin. Misalnya, anak tidak boleh mencoret-coret tembok dengan crayon, bila melanggar anak harus membersihkannya. Sebelumnya anak harus diberi tahu bahwa crayon hanya digunakan diatas kertas, lalu jelaskan mengapa tembok tidak boleh dicoret-coret.
Salah satu metode yang dianggap efektif untuk mendidik anak disiplin  dan bisa diterapkan bisa diterapkan untuk semua kelompok usia adalah PPH (praise-pats-hugs/pujian-tepukan-pelukan). Harus diingat, menjadikan anak disiplin tidak hanya dilakukan melalui hukuman, tetapi juga bisa melalui pujian, tepukan, atau pelukan.
MENIMBANG ANTARA HUKUMAN DAN PUJIAN BAGI ANAK
Ungkapan seperti , ‘’ kalau kamu tidak mendenarkan apa kata ayah, kamu akan mendapat masalah!’’ atau ‘’ jika tidak segera bangun, akan ibu cipratkan air ke mukamu lo!’’, kayaknya sering kita temui dalam kehidupan keluarga. Nila tidak harus dengan kata-kata, orang yua sering mengancam dengan mengangkat tangan seakan-akan mau memukul,atau sorot mata yang tajam mengancam. Harapannya hanya satuagar anak menjadi takut!
Hukuman membuat takut anak
Pemberian hukuman yang tidak tepat akan melahirkan dampak buruk yang lebih berbahaya. Sebab, ancaman dan hukuman dan membuat anak-anak menentang orang tua dan menyebabkan mereka memberotak. Lebih dari itu hukuman membuat orang tua menjadi musuh yang harus di tinggal bersembunyi, bukan menjadi orang tua yang harus didatangi dan di mintai dukungannya.

Hukuman tetap menjadi manfaat … jika memenuhi kriteria berikut ini:
·         Komunikasi alternatif hukuman yang bisa kenakan jika anak melakukan pelanggaran.’’kalo kamu bangun pagi molor lagi apa hukuman yang akan kamu pilih’’: hgepel lantai  cuci pakaian sendiri.setelah itu beri kesempatan anak untuk memilihnya, sehingga ada kesepakatan bersama.
·         Hukuman yang diberikan harus mempunyai dampak positif, baik secara fisik maupun psikologis. Mengepel lantai misalnya, jenis hukuman tersebut diyakini para psikologsebagai menghasilkan dampak fisik dan psikolois yang buruk bagi anak-anak.



Beri pujian yang bermakna
Jika hukuman tidak bermakna dan tidak efektif lagi, bagaimana denga pujian? Apakah bisa menjadi lebih baik lagi anak-anak kita?... sama halnya dengan hukuman, pujian juga mempunyai dua sisi: positif dan negative. karena perlu cara yang bijak memuji anak.


Resume:  
Mendidik  anak  tanpa  memberi hukuman  itu  sangat  tidak  mungkin untuk zaman sekarang. Karena anak zaman sekarang sudah mengenal dunia luar yang sangat tidak baik bagi dirinya dan masa depannya. Menurut saya pribadi, hukuman harus ada agar memberikan efek jera bagi si pelanggar (anak didik). Hukuman juga bisa membentuk keperibadian anak, selain memberi contoh dan teladan, teguran dan pujian, perintah dan larangan, hukuman mengajarkan kepada anak tentang apa yang tidak boleh dilakukan, bukan apa yang harus dilakukan dimasa berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar