TUGAS MERESUME
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah TEORI
PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu : Wahidin, M.Ag
![Description: E:\Eny's collection\picture\logo STAIN.jpg](file:///C:\Users\BIMA\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg)
Disusun oleh :
Nama
:Iin Masidhoh
Nim
:111 11 013
Kelas
:F
Jurusan Tarbiyah
Program Study Pendidikan Agama Islam (PAI) 2013
STAIN SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721Telp.
(0298) 323706 – Fax. (0298) 323433
web : www.stainsalatiga.ac.id
web : www.stainsalatiga.ac.id
Judul buku :Pola Komunikasi
Orang Tua dan Anak dalam Keluarga (sebuah perspektif pendidikan islam)
Pengarang : Drs.
Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag.
Penerbit
:Rineka Cipta
Cetakan
:Pertama, Oktober 2004
BAB I
PENDAHULUAN
Pola komunikasi dapat di
pahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan
penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang di maksud dapat di
pahami. Sebagai lembaga pendidikan, maka pendidikan yang berlangsung dalam
keluarga bersifat kodrati karena adanya hubungan darah antara orang tua dan
anak. Persoalan muncul ketika kepemimpinan yang di terapkan oleh orang tua
tidak mampu menciptakan suasana kehidupan keluarga yang kondusif. Sedangkan
keberhasilan membangun komunikasi keluarga yang harmonis dalam rangka mendidik
anak cerdas tidak terlepas dari perhatian orang tua dalam memanfaatkan sejumlah
prinsip etika komunikasi Islam.
BAB II
DASAR-DASAR KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
Dalam penertian
pragmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang di lakukan dengan
lisan, tatap muka atau via media massa maupun media non massa. Berhasil
tidaknya komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari
komunikator, pesan yang disampaikan, penerima pesan, konteks, dan sistem
penyampaian. Dilihat dari prosesnya, komunikasi dapat di bedakan atas
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
BAB III
ORANG TUA DAN PENDIDIKAN DALAM KELUARGA
Menurut Soelaeman,
secara psikologis keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dan
tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan
batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling
menyerahkan diri. Keluarga memiliki nilai strategis dalam memberikan pendidikan
nilai kepada anak terutama pendidikan nilai Ilahiyah dan dalam pembentukan
kepribadian anak.
Pola asuh orang tua
bersentuhan langsung dengan masalah tipe kepemimpinan orang tua dalam keluarga.
Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa sehingga selalu ingin
memelihara, membesarkan, mendidik dan memeliharanya.
Abdullah Nashih Ulwan
membagi tanggung jawab orang tua dalam mendidik bersentuhan langsung dengan
pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan fisik, pendidikan rasio,
pendidikan kejiwaan, pendidikan sosial, dan pendidikan seksual. Selain itu,
orang tua bertanggung jawab memberikan pendidikan kepada anaknya dengan
pendidikan baik berdasarkan nilai-nilai akhlak dan spiritual yang luhur.
Sebenarnya mendidik anak
tidak hanya cukup bermodalkan watak kebapakan dan keibuan tanpa didukung dengan
kemampuan bagaimana mendidik anak dengan cara-cara yang baik.
BAB IV
POLA KOMUNIKASI DAN INTERAKSI DALAM KELUARGA
Pola komunikasi yang
sering terjadi dalam keluarga adalah:
1. Model Stimulus-Respons
2. Model ABX
3. Model
Interaksional
Aneka Komunikasi dalam Keluarga, yaitu:
1. Komunikasi Verbal
2. Komunikasi Nonverbal
3. Komunikasi Individual.
4. Komunikasi kelompok
Beberapa bentuk interaksi dalam keluarga, yaitu:
1. Interaksi antara Suami
dan Istrija terjadi
2. Interaksi antara Ayah,
Ibu, dan Anak
3. Interaksi antara Ibu dan
Anak.
4. Interaksi antara Ayah
dan Anak
5. Interaksi antara Anak
dan Anak
Pendidikan dasar yang
baik yang harus di berikan dalam keluarga, yaitu Pendidikan dasar agama,
pendidikan dasar akhlak, pendidikan dasar sosial, pendidikan dasar susila, dan
pendidikan dasar etika.
BAB V
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DALAM
KELUARGA
Faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi dalam keluarga, yaitu:
1. Citra Diri dan Citra
Orang Lain
2. Suasana
Psikologis
3. Lingkungan Fisik
4. Kepemimpinan
5. Bahasa
6. Perbedaan Usia
BAB V1
PENDIDIKAN ISLAM DAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
Hakikat pendidikan Islam
adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan
membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik
melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.
Al-Qur’an, Al-Sunnah maupun ijtihad adalah sebagai dasar pendidikan Islam.
Al-Quran adalah petunjuk, tidak hanya bagi umat Islam, tetapi juga bagi
sekalian umat manusia. Al-Sunnah kebenarannya sangat di yakini oleh umat Islam,
karena bersumber dari nabi Muhammad Saw. yang bergelar al-amin (orang yang
dapat dipercaya). Ijtihad di pandang sebagai dasar pendidikan Islam yang ketiga
dipandanfg sangat penting dalam menghadapi tuntutan kemajuan dibidang
pendidikan dalam segala zaman. Disadari dengan mengetahui tujuan, proses
pendidikandapat diarahkan secara akurat dan pasti.
Tujuan dalam proses
pendidikan Islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai
islami yang hendak dicapai dalam proses pendidikan yang berdasarkan ajaran
Islam secara bertahap.
Pendidik dalam
Islam menurut perspektif kelembagaan, antara
lain:
1. Orang tua
2. Guru di sekolah
3. Tokoh atau anggoat
masyarakat
Menurut Winarno
Surakhmad lima faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penggunaan materi,
sebagai berikut:
1. Tujuan yang berbagai
jenis dan fungsinya
2. Anak didik yang berbagai
tingkat kemampuannya
3. Situasi yang berbagai
keadaannya
4. Fasilitas
5. Pribadi guru dan
keprofesionalannya
Metode pendidikan yang
digunakan dalam pembentukan kepribadian anak, yaitu metode keteladanan dan
metode pembiasaan. Prinsip etika komunikasi dalam Islam, yaitu:
1. Prinsip qawlan karima
(perkataan yang muli)
2. Prinsip qawlan sadida
(perkataan yang benar)
3. Prinsip qawlan ma’rufa
(perkataan yang baik)
4. Prinsip qawlan baligha
(perkataan yang efektif)
5. Prinsip qawlan layyina
(perkataan yang lemah lembut)
6. Prinsip qawlan maisura
(perkataan yang pantas)
Masa yang penting dan
strategis salam lingkungan keluarga adalah masa pra-natal, masa post-natal, dan
masa pasca post-natal. Dalam rangka untuk mencerdaskan anak secara emosional,
dengan mendidk agar anak memiliki kemampuan untuk mengenal emosi dirinya dan
kemampuan untuk mengelola emosinya sendiri sebelum memiliki kemampuan
untuk memotivasi diri sendiri, mengenal emosi orang lain, dan kemampuan untuk
membina hubungan dengan orang lain dalam keluarga.
Potensi kecerdasan
spiritual yang terpelihara dalam diri anak akan mengoptimalkan kecerdasan
intelektualdan kecerdasan emosional anak. Bagi orang tua dalam mendidik anak
adalah bagaimana anak memiliki nilai spiritual yang sehat, hidup, arif, dan
bahagia.
Kelebihan:
Buku ini tidak hanya
memaparkan dari sudut pandang perspektif Islam tetapi juga dari segi psikologi.
Sehingga pembaca dapat memahami akan masing-masing pandangan dari segi Islam
mapun psikologi. Tidak hanya itu, penulis memaparkan apa yang di sampaikan
sesuai dengan hasil penelitian sehingga dapat menambah keyakinan para pembaca.
Kekurangan:
Dalam hal ini, penulis
menggunakan kata-kata yang kurang di pahami. Sehingga perlu membaca
berulang-ulang.
Ketepatan penggunaan dimasa kini:
Untuk mendidik anak
didik diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang mendidiknya. Mendidik anak
dengan pendidikan Islam merupakan tanggung jawab orang tua. Sesibuk apapun
sebagai orang tua pendidikan bagi anak adalah yang lebih baik
terutama pendidika agama. Sebagai orang tua mendidik dengan menggunakan cara
yag bijaksana tidak hanya menghardik, mencela, memarahi, dan melakukan hukuman
fisik.
Di masa yang modern ini,
semakin berkembang pesatnya arus informasi dari berbagai media baik cetak
maupun elektronik yang menyediakan berbagai informasi positif maupun negatif.
Dari aspek negatif dapat memberikan hal-hal yang tidak diinginkan seperti,
masalah perilaku seksual anak terutama yang berpacaran, penggunaan obat-obat
terlarang atau narkoba, sikap dan perilaku anak yang asosial dan amoral, dan
lain-lain. Tidak menutup kemungkinan anak terjerumus dalam arus tersebut. Maka
dari itu perlu pengawasan dari orang tua dalam segala hal termasuk pergaulan
atau dalam memilih pertemanan.
Tidak hanya dari media,
seperti keluarga yang broken home ataupun orang tua yang terlalu sibuk dengan
tugas masing-masing dapat memberikan peluang bagi anak untuk melakukan
perbuatan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar